JUNIOR HIG SCHOOL STORY

Pernah di posting di Cawasyahoogroups beberapa tahun lalu... dan pernah mengisi majalah dinding SMP PANGUDI LUHUR CAWAS KLATEN - 1986, my god... i still have a story record boooo..

Berikut pengalaman lucu, menggelikan, and will be unforgettable experience...... Sumpeh

Cawas, 18 Agustus 2005

Melewati Sumur Bur, kenangan menggelikan ketika pulang sekolah ketika masih duduk di bangku SMP kelas 2… kenangan menjengkelkan, menggelikan dan cukup mengkoyak-koyak ingatanku, Saat itu dengan sepeda jengki - its commonly accommodation in my town, aku memboncengkan sepupuku yang kebetulan juga satu sekolahan... yaah harus sedikit ngebut nih pikirku sambil mendongak ke langit yang mulai tidak bersahabat, alias mendung tebal menggantung.... , ups…. dalam hitungan detik… hujan pasti akan datang...... brrr dingin........ meski sebenarnya Air kiriman yang kami rindukan saat itu tentunya akan menyejukkan sawah-sawah dan tanah setempat yang telah mulai retak...

Aku kayuh sepeda lebih cepat, Rolis Marlin Utami.., sepupuku (mungkin ada milister yang masih mengingat sepupuku ini), terduduk manis di belakang… kakinya yang panjang menjulur ke samping… dan krrrreteeeeekkkkg.... Tidak di duga di depan Toko Widodo (kalau nggak salah) ada lubang aspal cukup besar… yang mereflekskan tanganku berbelok ke arah kiri, ups ……. keseimbanganku masih ampuh…. Namun …. 5 meter kemudian.. ada seorang tukang grabah ( untuk yang tingga di luar Klaten) ini penjelasannya... penjual grabah yaitu seorang penjual yang memanggul semacam guci yang terbuat dari tanah liat matang.... dan memikulnya untuk di jual ke pasar.... atau langsung ke Pembeli....,

memanggil-manggil dengan sebutan “Nduk… nduk… ayo tanggung jawab, kalian telah memecahkan daganganku....!" Jujur kami berdua mendengarnya tapi kami pura-pura sedikit tuli he..he..., namun karena teriakannya semakin melengking, kami putuskan untuk menghentikan sepeda dan memutar arah 90 derajat dan melihat apa sesungguhnya yang terjadi.

Bapak tua itu, duh… bertelanjang dada, ditambah lagi tulang-tulang dadanya menyembul di balik badannya yang kurus – menandakan betapa keras dia mengandalkan kekuatan fisiknya untuk menghidupi anak dan istri tercintanya, ....... hhmh kami berdua tertunduk lesu dan pucat pasi menunggu kalimat selanjutnya…. (the problem is we dont have enough money to pay the accident ........masalahnya adalah kami tidak punya uang cukup untuk menebus grabah yang pecah tersebut…, sebenarnya tidak sampai pecah berhamburan sih … Cuma retak aja…)! Gemes juga aku sama ini orang…. Ngotot banget, tega memeras anak sekolah seperti kami berdua….

“Ayo nduk kowe kudu tanggung jawab iki, aku iki mlaku adoh2 soko Pasar Cawas meh bali neng Geneng – (Milister dik Wiyono rumahnya deket dia kali ya…) kok malah tok benthetke ngene….. ayo, dijoli…. Aku ora peduli…

Tanpa kami sadari, kami bertiga telah menjadi kerumunan orang.. tapi bukan karena selebritis yg mau dimintai tanda tangan. Penduduk sekitar pengin tahu apa yang sesungguhnya terjadi antara bapak tua penjual grabah dan 2 gadis imut dan cantik di situ. Aku dan Rolis tertunduk lemas, aka tetapi dari mulut ini masih meluncur ucapan lirih hampir tak terdengar , “ Pak, kalau Bapak kasihan kami berdua, kami bersedia membayar dengan uang, itu kalau memang grabah ini retak atau pecah karena ulah kami, yang jelas saat ini kami tidak membawa uang. Bapak bisa datang menemui orang tua kami. Kita kan satu desa Pak”

Entah kenapa terbersit di benakku Bapak ini berbuat curang , kenapa hanya sentuhan ringan kaki kecil Rolis bisa memecahkan gentong yang sedemikian kekar dan kuatnya itu???? Tidak masuk akal, ditambah lagi dia berteriak setelah kami melaju sepanjang 10 meter di depannya jangan-jangan dia sengaja “nithik” gentongnya sendiri…….. agar gentongnya yang tidak laku itu retak!!”. Ha..ha….aku mulai negative thingking terhadap bapak tua ini.


Di tengah hiruk pikuk orang ingin mendamaikan kami, tampak seorang guru muda menyeruak masuk ditengah kerumunan kami, sembari berujar,” Wis-wis…. Ngene bae Pak, kon ngijoli piro iki???? Mesakke bocah 2 iki, wis wancine mangan awan, malah njenengan uring-uring!!”Akhirnya Guru Muda itu memberikan uang sebesar Rp. 5,000 kepada Bapak itu. – (Dik Andi putrane Pak Larjo guru SDku dulu, saiki jadi Asisten Dosen Lemigas yaaa mesti kenal.. Bapak Guru ini dulu tinggalnya di depan rumah Pak Pujono – Mbah Kakung sampeyan!). Guru Olah Raga SMP Muhammadiyah Cawas kayaknya.

Sudah dipastikan bungah lan sumringah Bapak Penjual Grabah menerima sodoran uang kaget itu…. Agak sedikit tergetar tangannya kulihat ketika Bapak guru yang baik hati itu mencoba memberikan uluran tangan kebajikan kepada kami berdua yang pucat dan pias. Tak lama kemudian Penjual Grabah itu menanyakan siapa nama orang tua kami. Ketika meluncur dari mulutku, “ Bapak kulo namine Pak Boedjawarsana.”. Ada perubahan yang cukup dahsyat di dahinya,…… “, Dia sangat tersentak sembari berujar “ Nyuwun ngapunten…. Wah kulo niki teksih wargine Bapak njenengan….. Wah niki artane, kulo antukaken…

Guru Muda itu memotong cepat “ Wis pak, di tompo bae, mbak-mbake iki arep bali!!!”.
Dengan lemas, aku, Rollis dan Pak Guru itu melanjutkan perjalanan. Kami sama-sama kembali mengayuh sepeda melanjutkan perjalanan pulang. Bapak itu turun di Brumbung depannya Pak Pudjono, tepatnya rumah beliau ada di kiri jalan, sedang kami teruskan sampai di rumah.
Pembaca, sore harinya bokap dan aku mendatangi rumah Bapak itu dan mengembalikan uang itu… He… he…. ***** Mesakke temenan ngelingi jaman semono!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap