Nduk Sus Mintoex

Kami bersahabat... Dia pintar bukan main, dia selalu mendekatiku.. dan anehnya mata batinku berbisik.. berhati hatilah... lidahnya bagai pisau menusukmu Kami bersahabat Tapi dia tak sungkan menusuk... menjelekkan teman terdekat dengan kalimat yang kurang nyaman... sedangkan yang di bicarakan tidak pernah berbalik membicarakan kejelekan dia... Di sini aku merenung.. Untuk apa hijab yang menutupi auratmu, jika lidahmu tajam setajam pisau dapur Jika saja aku jahat, dan memberitahukan teman kita yang baik ini, baik dengan dirimu dan juga bersikap baik dengan diriku... Tapi aku memilih diam.. dan cukup paham karaktermu yang sangat terlalu percaya diri Memang kamu pintar, memang kamu bisa menguasai ilmu pada beberapa bidang Tapi.... Bisa jadi di belakangku pun kau membicarakan ku Entah.. aku rasanya ingin menjauh.. tapi selalu tiap pagi kau datangi ruanganku dan juga membawa makanan untukku.... Ah... berbisik aku pelan Buat apa hijabmu, buat apa kamu menguasai alquran dan h

Sudah saatnya aku membulatkan keikhlasanku...  Melepasmu adalah bahagia... tiada perlu mengukir lagi luka  Ada tangan bersorak dengan keadaan ini.... Dia merebutmu... di awal aku perih terluka.. Namun beberapa tahun berlalu... aku jadi mensyukurinya...  Allah teramat sayang denganku Roda hidupku di putar dengan indahnya.... tak seorangpun tahu... semakin hari semakin aku mensyukuri keadaan ini  Dan ku yakin, dia yang merebutmu dariku tidak lebih hebat, tidak lebih baik, tidak lebih cantik, tidak lebih menarik.. Ternyata engkau mulai menyadarinya, bahwa nafsu sesaat ini membawamu ke dalam ketersiksaan  Semua tergambar jelas Kau semakin lembut padaku, tuturmu tidak sekasar dahulu kala  Yang perlu ku tahu.. aku mengikhlaskan dengan sungguh.. Dan tak perlu kau khawatirkan dengan keadaan ini.. Aku bahagia..  bahagia lebih bahagia.. dalam kesendirian ini. Entang akan panjang, entah hanya singkat.. yg jelas hidup ini hanya sementara saja  Dan hendaknya k