Bening Hening... Putih ...


Cibubur, 14 April 2017


Seminggu ini tawa kita membuncah.... lalu kita saling mendengar suara suara kita melalui pita suara kita masing masing
Telah kau kejutkan.....

Begitu beningnya hati dan wajahmu seperti melati....
Ketika teleponku bergetar... dan di seberang sana adalah suara itu
Mengapa ada pertemuan semacam ini

Percayalah.. bahwa aku mengikhlaskan... terlalu putih hatimu tuk ku peluk
Meski terucap bahwa kehadiranku seperti bintang yang menerangi perjuanganmu kini
Jangan khawatirkan aku... Bisa aku atasi guncangan ini

Ini adalah ke tiga kalinya aku bahagia karena sebuah percakapan...
Dan kesederhanaan serta kearifanmu meluluh lantakkan kejernihan pandanganku....
Slow but sure... Air mata ini mengalir deras

Tahukah bahwa ini pertanda... ya takdirku.. selalu takdirku sejak aku kecil ....
Diam diam mengumpulkan tenaga untuk membendung rasa suka yang dating tanpa permisi
Dan nadi ini seperti tertikam berdarah darah... mengalir deras hingga lemas tenagaku

Jangan khawatirkan aku.....  I can handle it
Tulus dan lihat.... selalu mataku penuh air mata jika mendoakan usaha dan perjuanganmu
Kearifan kesederhanaan dan ketajaman intuisimu.... you are so genuine....

Janganlah coba sapa aku... meski aku akan bergembira dan melompat lompat kegirangan ....
Jangan meneleponku di siang hari saat kesibukanku  sengaja ku gelar untuk melupakan senyum mu
Begitu polosnya kamu.. begitu putihnya hatimu... Begitu gembiaranya kamu akhirnya mengenalku dekat

Sedangkan aku...
malah ketakutan dengan perasaanku sendiri.... terhadap hatiku yang ikut melompat lompat kegirangan
Pernah tercetus dalam lawakan kita... aku kau minta tunggu duduk di sudut meja... kau yang akan ambilkan kopi....
Aku berharap alunan Versace on the Floor nya Bruno Mars dapat menenangkan gemuruhnya dada

Ini ujungnya... rintihanku berjilid jilid... sedangkan di depanmu aku coba tertawa dan tenang dan seakan akan tidak punya rasa apapun...
Tapi ku yakin bahwa kau membacanya... bahwa aku hanya berbohong dengan realita yang ada ...

Ya itulah.. bening... putih.. jernih... rasa kita sama.. cita kita sama...
Namun satu hal.. bahwa kita harus saling menyeret diri untuk hanya saling menyatukan kejernihan itu
Sehingga tidak menganga luka luka lain di sekitaran kita

Aku sudah terbiasa terluka.... mencari obat dan meneteskannya tanpa ada yang tahu
tetap bening hati hening jiwa kita dan putih rasa kita... cukup untuk menutup kebekuan ini.
Terima kasih sudah menjadikan aku primadona hatimu.. dan yang telah kau idolakan ...
Tetap di sini.. melihatmu dari jauh ....

Sampai bertemu dengan tawa tawa di atas perih. Sekali lagi terima kasih puk puk nya dari kejauhan sana...

Semoga perjuanganmu membawa hasil untuk yang kau cintai... istri manis dan si kecil yg lucu.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap