KUBUNUH RINDU INI

Cikini, 1 March 2013

Awalnya sih kamu hanya puing-puing yang tak kupedulikan sama sekali..
Bagaimana mau peduli karena sapamu hanya datang seperti orang iseng di dunia maya..

Hidupku penuh onak, duri, bahagia, duka, sedih, gembira, syukur, merasa terpuruk silih berganti
Dan kau datang tanpa aku minta...
Dan kau selalu menyapa dan tak aku tanggapi..

Emang kamu siapa... kamu hanya makhluk yang tidak mungkin aku butuhkan
Kamu hanya orang lain yang tak memiliki pesona apapun......, dan kamu, adalah orang kampung di pelosok belahan Sumatra sana yang tidak aku harapkan.

Karena di diriku sudah kering dan lupa apa itu cinta
Karena di diriku sudah muak dan meradang dengan segala kepalsuan..
Meski di sisi lain, kasih sayang dan cinta Yang Maha Kuasa tak henti tercurah..
Dan hanya kepadaNYA aku percaya

Dia tidak pernah khianat, jujur, lembut, dan menyatu dengan bumi ciptaannya..
Dia sungguh telah menopang keterpurukanku
Tak akan ada wanita sekuat aku..., menjadi semakin tegas dan sigap memastikan
Bahwa ini memang jalanku.. jalan  onak duri yang harus di lalui hati hati

Apakah saat ini kamu masih juga puing puing yang akan ku campakkan?
Apakah saat ini kamu masih juga seorang laki laki kaku, gagu dan tak percaya diri?
Apakah saat ini kamu masih juga seorang laki laki polos yang di dera pertikaian ibu bapak yang tengah diguncang perpisahan

Akhirnya bapak ibumu berpisah, ibumu meminta bapakmu pergi dari rumah
Dan ibumu dengan hasil kebunnya menghidupi kalian bertujuh dengan susah payah, dengan keringat dan tenaga
Kekuatan ibumu luar biasa
Dia hanya ingin laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu keluar dari rumah, dan ingin hidup tenang di tengah kesederhanaan

Kekuatan itu bertumbuh hingga kalian beranjak dewasa...
Ibu yang luar biasa..,
Di Bandung, kamu jualan lontong sayur di pertigaan dago... membantu orang lain..
Dan akhirnya kau mendaftarkan diri ke salah satu perguruan tinggi di sana
Teknik Mesin...

Bisa kubayangkan kucelnya tampilanmu, terpaan debu dan asap dari cerobong sayur lontong..
tetap menyisakan kegantenganmu
Hingga tiba saatnya
Selesai juga sekolahmu, menjadi seorang Sarjana Teknik...

Sekian lama perpisahan bapak ibumu, terpisahkan jarak...
Bapakmu menikah lagi dengan wanita lain
Dan ibumu tak bergeming, bahagia di tengah kesendiriannya
di tahun kedua perpisahannya, bapakmu seringkali termenung.... memandang jauh rumah ibumu yang dihuni ketujuh anak-anaknya darah dagingnya...

Hari-hari terakhir sebelum bapakmu pergi untuk selama-lamanya,
Dia pandangi rumah penuh kenangan itu lekat-lekat, berjalan pelan, termangu... dan berlalu
Sampai pada waktunya..
Bapakmu sedang menebang kayu di seberang desa...., bersama rekannya, beliau kejatuhan ranting kayu yang cukup besar...
Dan... Innalillahi wa'innailahi roj'un...
Beliau menghadap-Nya dengan jalan seperti itu...

Dalam batinku, usai sudah pertikaian itu, pertikaian ibu dan bapakmu
Tak ada lagi dendam.. apalagi kesumat...
Kasih sayang almarhum bapakmu dengan istri barunya hanya sesaat, dan tidak menghasilkan buah hati...
Allah memberikan jalan terbaik....

Pilu dengan semua ceritamu....
Takjub dengan kekuatan emakmu...
Dan.. menangis ketika gagapmu merajalela di tengah obrolan kita...

Aku, sudah tidak bisa lagi mencampakkan mu... meski hanya bayangmu
Itulah.. yang ada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap