JALANKU DAN JALAN TITI

Dia dilahirkan dalam sebuah keluarga besar, sungguh besar karena Titi adalah anak ke 7 dari 12 bersaudara. Ayahnya salah satu pejabat di Parpostel yang pada masa tugasnya selalu berpindah dari Jakarta - Yogya - Jakarta dan kembali lagi ke Yogya.

Membesarkan anak yang berjumlah cukup banyak memang tidak mudah. Dari cerita Titi aku tahu bahwa ada 2 putra-nya yang meninggal karena kecelakaan di Surabaya karena mobil terbakar. Kakak almarhum sebagai anak ke 3 nya orang tua Titi ini waktu itu kuliah di Unibraw Malang dan sedang melakukan perjalanan ke Surabaya.

Demikianlah kalau Allah sudah berkehendak. Qun Fayaqun, maka apa yang menjadi miliknya kembali menghadapNYA dengan berbagai kejadian termasuk kecelakaan mematikan tersebut.

Mengenal sosok Titi, sama seperti mengenal rekan-rekan lain di ASMI ST MARIA YOGYA dulu. Yang membedakan kami waktu itu adalah, aku terlahir dari keluarga petani yang karena advise dari kakak jadi memilih sekolah itu, karena katanya akan siap kerja dan tidak perlu waktu lama untuk berburu kerja di Jakarta.

Kembali ke latar belakang kami masing-masing.Titi hidup dengan keluarga besar yang bahkan uang jajannya saja di batasi. Semua kakak-kakaknya pada saat itu hampir semua sedang melanjutkan kuliah. Bisa dirasakan harapan orang tuanya, dengan biaya yang tidak kecil harus mengentaskan sekolah mereka hingga Sarjana.

Titi sangat sederhana. Tidak pernah di berikan uang jajan lebih selain transport untuk naik bus kota. Beberapa kali waktu senggangnya dipergunakan untuk menjadi SPG merk skuter Vespa terkenal pada waktu itu.

Belum lagi ikut acara putri-putrian di tingkat Yogya. Memang belum sempat menggondol gelar apapun, dan hanya sebatas partisipan. Dari situ dia sedikit-sedikit bisa membeli buku, menyisihkan uang di tabungan.

Secara akademis, dia cukup rajin dalam mencatat semua mata kuliah pada saat pelajaran berlangsung.... Dan baiknya lagi, aku selalu meminjam catatannya untuk di copy dan di baca malam harinya. Jika ulangan tiba dan pembagian hasilnya di umumkan, sudah bukan rahasia lagi kalau nilainya selalu di bawahku jauh.. bukan nyombong, ini mau mengutarakan hal yang nyata dari awal hingga akhir perjalanan hidup sekolah kami... hingga akhirnya dapat pasangan... dan kita dipertemukan lagi di Jakarta dengan jalan hidup yang sungguh jauh berbeda...

Tahap studi yang dengan hasil akhir dari kuliah yg hanya bergelar D3 itupun kelar sudah. Hanya dengan masuk 10 besar di ASMI Santa Maria Yogyakarta, aku meningalkan kota Gudeg menuju Jakarta. Meski teman yang lain belum lulus , aku mencoba curi start bekerja di Jakarta tahun 1993 bulan september sebagai Receptionist di perusahaan Shipping Company, tepatnya di gedung Jaya lT. 2. Sementara aku sedang mengagumi kemacetan Jakarta dengan lampu-lampu indahnya, Titi nyambi kerja di Radio Retjo Buntung Yogyakarta. Kami berdua tidak kehilangan kontak satu sama lain dan masih terus melakuka kontak melalui surat pos. Maklum teman, saat itu hanya itu media yang ada, selain telex dan telepon. Sesekali aku mencuri dial telpon ke Retjo Buntung Yogya untuk menanyakan kabarnya, dan yang aku tanya selalu dengan pertanyaan yang tidak jauh jauh dari masalah jodoh. " Kamu sudah punya calon suami belum????".... Begitu selalu pertanyaan luguku.

Sampai kami terpisahkan jarak, kami sama sama belum memiliki pacar. ***** Bersambung******

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap