NGUNDUH WOHING PAKARTI.. SIAPA YG MENABUR.. DIA YANG KAN MENUAI

Barangkali Ibu itu benar adanya, Allah sedang memperlihatkan keadilan yang sesungguhnya. HP sang suami pagi itu tertinggal, dan tanpa disadari sang suami melenggang pergi ke kantor seperti biasa.

Tentunya sang suami baru sadar bahwa HP yang merupakan nyawa keduanya sedang ketinggalan di rumah. Entah doa apa lagi yang dia panjatkan pada Allah, agar sang istri jangan sampai membuka dan mengorek seluruh isi HP, yang selama ini dapat dia jaga dengan penuh yakin…..

Namun doa dan harapan sirna sudah, ketika sang istri dari seberang sana menelpon dan menangis histeris setelah menemukan beberapa SMS bernada LOVE U pada sang suami… Hatinya terbakar… nalurinya sebagai seorang wanita dengan 3 putra terkoyak… dan kepercayaan selama ini yang ia gaungkan ke orang2 di sekitaranya goyah…. Ibarat kepercayaan yang selama ini kokoh berdiri layaknya pohon besar di sepanjang Pakubuwono tersebut… tumbang…. Tercabut dari akarnya.

Bapak tak berdaya dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap cool, menenangkan istrinya yang tengah berkecamuk di bakar api cemburu. Segenap upaya, dalih dan beberapa statement keluar darinya berkaitan dengan SMS tersebut…. Entah apa lagi segenap daya untuk meyakinkan istrinya bahwa cinta dan sayangnya masih ada dan akan bertahan demi anak-anak yang sehat, tumbuh dan lucu2nya itu.

Nah ayo, kita telusuri apa yang tengah dirasakan “wanita ketiga”, yang mengirimkan SMS mesra tersebut.
Sekonyong-konyong berondongan ancaman, telepon, sms datang bertubi-tubi dari Istri Bapak TERSEBUT. Sungguh siapa sangka bahwa SMS yang isinya kurang lebih mendoakan sang Bapak untuk cepat recovery dari sakitnya, serta rasa sayang yang dalam tersebut menyisakan sebuah bencana yang ujungnya adalah ancaman??? Ancaman terhadap karirnya, ancaman terhadap keutuhan rumah tangganya, dan juga ancaman membabi buta lainnya. Hari itu semacam mimpi buruk. Dadanya berdebar tiada henti dari detik ke detik.

Wanita ini sungguh hanyalah seorang wanita yang memiliki cinta putih, dan sadar bahwa cinta putih itu harusnya bukan untuk seorang pria yang telah memiliki pasangan. Wanita ini menyadari sungguh, dengan resiko-resiko di atas salah satunya. Dan yang sangat disadari wanita ini, dengan mengatakan penuh sendu di depan saya adalah,” Saya mencintai dia dengan segenap resiko nantinya!!”. Benar mungkin yang orang sering bilang LOVE IS BLIND. Saya seperti dibutakan dengan keadaan, orang yang jelas-jelas mustahil saya miliki… namun saya kasihi tersebut sepertinya orang yang bisa menjadi sandaran hidup saya.”

“Apakah saya salah bu?” Ungkapnya miris dengan air mata berlinang.
“Oh tidak.. dalam hal ini kamu tidak bersalah, karena cinta itu milik manusia dari segala umur, dia lahir, tumbuh, dan sadar betul memiliki cinta…, sekuat tenaga dia berusaha memelihara cinta itu, kemudian mewujudkannya agar dapat dipesatukan tentunya..”
“Tapi cinta yang saya miliki ini .. barangkali yang dinamakan cinta terlarang…”., bisiknya gamang dan lirih.
“Ya bisa dibilang begitu, dan jika Ibu telah tahu resikonya yang akan rumit dan seperti benang ruwet pastinya…., seyogyanya Ibu dari sekarang “MOVE ON”. Jika selama ini Ibu diberikan energi yang luar biasa dari Bapak ini…. Cobalah Ibu beralih mencari energi lain.. yang Insya Allah jika Ibu mencarinya… Allah akan memberikan energi positif lain kepada Ibu, yang ujung perjalanannya tidak menimbulkan kesulitan tentunya!”.

“Bu, rasanya saya tidak bisa mengakhiri rasa sayang ini pada Bapak itu!”…..
“Kenapa???” Dahi ini tepaksa menikung tajam…..
“Saya hanya akan mencintai dan menyayangi dia… apapun keadaannya, meski saya memiliki anak dan pasangan…, tapi mengapa hati ini seperti tak bisa meninggalkannya???
“Wah gawat Ibu ini, dia harus kita treat dengan hati-hati. Rupanya tengah di mabuk kepayang.

Pembaca, adakah di antara Anda dapat memberikan petuah yang bijak untuk Ibu ini?????? Di tunggu ya dengan mem”posting” comment. Berikan nasehat yang menggugah tanpa menggurui.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap