Kesementaraan Hidup di Dunia Fana ini.......

Prof.drg Etty Indiati PhD

Ditemui di teras rumahnya yang sejuk, wanita berkulit sawo matang nan manis ini nampak sumringah. Namanya Etty Indriati, lahir di Solo 14 Nov 63 lalu. Saat ini sebagai Guru Besar Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Skill-nya termasuk langka. Polisi dan dokter forensic sering membutuhkan keahliannya untuk menyempurnakan temuan identifikasi forensic mereka.

Ingat waktu Boeing 737-400 terbakar di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta , Rabu pagi 7 Mar 2007 lalu? Etty bersama kolega forensic dan dokter gigi bekerja keras mengidentifikasi 22 jenazah yang ada.
“Ditengah puluhan jenazah, serasa banyak tangan yang menggapai-gapai dan suara-suara “tolong saya, tolong saya”. Ia mengenang….
Peristiwa kematian selalu menyisakan aroma yang khas, yang hanya bisa ditangkap mereka yang terlatih kepekaan inderawinya.

“Orang yang yang telah meninggal proteinnya terurai menimbulkan baus khas putrid”, jelas beliau.
“Kalau indera kita terlatih, kita bisa membauinya dalam jarak, juga dapat menangkap apa yang tak ditangkap banyak orang. Ketajaman inderawi ini juga terdapat pada mata burung elang atau penciuman anjing. Jadi, manusia bukan the best of the best di antara makhluk hidup. Tiap makhluk hidup memiliki kelebihan yanb berbeda dari lainnya dan saling mengisi kekurangan-nya untuk hidup di muka bumi”.

Ketika beliau mengidentifikasi kecelakaan pesawat garuda di adi sutjipto setahun lalu terbilang cepat.
“Kami melakukan klasifikasi, mana ras Kaukasid (warga Australia), mana ras Mongoloid (Indonesia), mana laki-laki mana perempuan. Lalu kita kumpulkan data sebelum meninggal, post mortem, kita masukkan ke file sendiri. Kemudian kita bandingkan di ruang rekonsiliasi file siapa cocok dengan file siapa”.

Begitu seringnya bersentuhan dengan kematian membuat insting Etty terasah. Dengan itu pula ia menemukan jenazah Prof. Kusnadi Hardjasumantri.

Saya menanyakan sebuah pertanyaan sederhana ke beliau…. “Apa artinya kematian bu?”.
“ Dengan kematian, manusia memberikan kembali ke alam apa yang sudah dia ambil dari alam; mengembalikan tubuh ke bumi. Raga kita mengucurkan air ke bumi dan akan menyikluskannya. Jadi siklus air dikembalikan”.

Maksud Ibu????
Komposisi air dalam tubuh manusia 75%, persis seperti di bumi. 75 persennya adalah lautan. Air tawar di Bumi sangat terbatas. Kalaupun teknologi bisa mengubah air laut dalam jumlah besar menjadi air twar, keseimbangan akan terganggu, dan membahayakan kehidupan.

Tubuh manusia terbuat dari bahan-bahan yang terdapat di alam semesta. Di dalam tubuh kita juga ada kumpulan makhluk hidup. Ada bakteri E-coli dalam usus, ada mikroba Stretococcus mutans di rongga mulut. Mikro-organisme dan manusia saling membutuhkan. Yang harus dijaga keseimbangannya. Kalau jumlahnya terlalu banyak, kita akan terkena infeksi.

Jadi semua di ala mini harus seimbang, homeostasis. Kematian adalah keseimbangan, termodinamika, dinamika panas atau energi; hangat tubuh kita dikembalikan ke Bumi ketika kita mati.

Ketika kematian menjemput, raga kita secara gradual terurai kembali dari individu, organ, jaringan, sel, molekul, atom, ke zarah sub atom. Jadi kulit, otot, tulang, semua terurai menjadi tak kasatmata, menjadi fosfor, fosfat, natrium, kalsium hydrogen, sulfur yang menyuburkan alam sekitar, dan jutaan atom yang melayang di udara ini dihirup lagi oleh segala yang hidup.
( Duh.. penulis manggut-manggut menerima gelontoran ilmunya yang baru seujung kelingking tsb!!!)…

Masih lanjut Bu Etty.
Raga yang terurai ini dapat terhampiri oleh ilmu pengetahuan, tetapi jiwa atau roh tetap menjadi misteri sepanjang masa. Perubahan wujud sisa hayat manusia tertangkap indera penghlihatan dalam situs arkeologi. Kadang kita menemukan sisa rangka manusia, ada pula yang rangkanya telah membubuk seperti bedak tabur.

Dalam situs paleoantropoligis, sisa hayat manusia membantu karena proses fosilisasi dimana zat organis terisi anorganik. Sisa hayat berbagai rupa ini menunjukkan betapa manusia memerlukan makhluk hayati lain, tak hanya semasa hidup, tetapi juga setelah mati, untuk mencapai wujud atau energi yang lain. Manusia makan ketika hidup, tetapi jasadnya dimakan mikroba dan insekta ketika meninggal. Ini menyiratkan betapa kehidupan di dalam semesta ini saling terkait satu sama lain seperti jarring-jaring raksasa”.

Apa yang Hendak Ibu katakan??
Planet bumi dan segala isinya adalah rumah bersama kita semua. Kehidupan semua makhluk hayati bergantung pada sinar matahari dan erat berhubungan satu sama lain dalam rantai makanan. Tetapi, dalam system hayat di Planet Bumi, manusia adalah satu-satunya spesises yang tega membunuh sesame spesiesnya demi harta dan kekuasaan.
Manusia tega mengambil hak bertahan hidup manusia lainnya, tega membuang limbah yang meracuni kehidupan di wilayah tetangga, tega merusak alam demi uang sebanyak-banyaknya. Kalau sumber daya alam habis dan lingkungan alam rusak, kita tak bisa makan uang.

Bu, Pelajaran apa dari sejarah peradaban kalau manusia menghancurkan alam?
Kolaps. Peradaban manusia diberbagai belahan dunia pernah sangat maju dan kompleks. Bangunan kuno monumental di ketinggian hutan tropis di Tikal, Guamaterla, kini tinggal puing-puing. Coba adik bayangkan, kemana lenyabnya keayaan suku Maya? Juga bangunan batu Kalsasaya yang maha luas di ketinggian 4,0000 meter, di atas permukaan laut di Tiwanaku, Bolivia. Tiwanaku kolaps karena perubahan iklim makro yang menyebabkan kekeringan sekitar 1100 tahun sesudah Masehi.

Beberapa studi menyimpulkan kolapsnya peradaban terutama terkait dengan degradasi system social politiki karena hancurnya sumber daya alam, ledakan jumlah penduduk, penyakit zoonotik endemic karena habitas hewan dipakai untuk hunian manusianya.

Manusia adalah pemakan segala: hewan,tanaman, ia juga pengguna energi alam, listrik gas dan bensin, yang merupakan transformasi dari fosil python plankton di perut Bumi. Kalau sumber daya alam habis dan lingkungan nya hancur, mudah terjadi disintegrasi social politik, komunikasi vertical dan horizontal putus, perang, kelaparan.

Jumlah penduduk Bumi yang telah melebihi kapasitas Bumi mengolah siklus dan memberi energi terbukti dari deforestasi dan overfishing. Penting bagi kita mengendalikan jumlah penduduknya karena tiap insane perlu makan, ruang dan energi alam untuk menyangga hidupnya. Kalau tidak hati-hati, Bumi mereduksi jumlah manusia dengan timbulnya bencana kelapara, konflik perebuta sumber daya, dan penyakit.

Bu, dengan seluruh pengetahuan dan pengalaman yang Ibu miliki, apakah hakekat hidup ini?
Yang terasa sangat bahwa hidup ini adalah kesementaraan. Kita disini sebentar sekali. Umur kita berapa sih? Umur Bumi 4,5 miliar tahun menurut tafsiran geologis. Yang sebentar itu kita mau apakan? Apa mau mengeruk energi alam sebanyak-banyaknya untuk keluarga sendiri,kelompok sendiri, atau mau ikut memberikan kesadaran kepada sebanyak-banyaknya orang bahwa kita tak boleh serakah dan mau merawat produsen ini, yang kita makan, flora, fauna.

Jika kita mati kita Cuma membawa raga, bukan sertifikat, uang atau pangkat. Orang bilang, kita harus tahu artinya cukup, tetapi itu relative juga. Namun, kalau kita benar-benar memahami kesementaraan, kita tak akan menumpuk sedemikian rupa…..

Perbincangan sore itu berakhir….. aku jabat tangan beliau penuh hangat. Saya menstarter motor dan kembali pulang menuju Cibubur……………………

Persona, 3 August 2008
SSL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap