MENCOBA MEMILIKI JIWA PEMENANG.....

Saat situasi pecundang lebih sering kita alami, rasa pahit yg bertubi-tubi bisa tergantikan dengan rasa terpuruk,pesimis, bahkan bila tidak hati-hati bisa mengakar menjadi sikap apatis dan cuek terhadap situasi sekitar.

Dalam situasi negara yg sulit begini, baik kondisi moral maupun material, mau tidak mau media massa memberitakan realita yg membuat kita sulit menepuk dada kemenangan. Lebih kecut lagi bila kita sedang tidak beruntung dan bertemu dengan individu berbangsa lain yang dengan sinis membeberkan kelemahan bangsa kita, seperti kesenjangan antara kaya dan miskin, konsumerisme orang-orang berduit, lemahnya solidaritas dan korupsi yg merajalela.
Menghadapi situasi ini, berat rasanya bisa “merasa menang” mengangkat dagu dan tetap bersemangat pemenang. Pertanyaannya, haruskah kita merasa terpuruk terus dan menunggu terus sampai keadaan negara dan ekonomi lebih baik, lebih bersih dan lebih makmur?

Disadari or tidak, sikap pecundang yg terpelihara seperti ini tentunya akan mempengerahui kinerja kita dalam porsi yg lebih mikro, misalnya di perusahaan dan akan mempengaruhi “fighting spirit” kita secara umum dalam bersaing bisnis dengan negara lain. Bisa-bisa kita tergiring oleh lingkaran setan dan semakin tenggelam dalaman ke”pecundang”an dalam rasa. Vince Lombardi, seorang coach American football legendaries tahun 50-an mengumandangkan “Winning is not everything. It’s the only thing”, sementara kita disini masih sibk dengan memenuhi pikiran dengan rasa cemas karena semangat korupsi tak kunjung padam, tidak meyakini bahwa pembayaran pajak akan kembali kepada kesejahteraan rakyat, merasa sulit memprediksi, sukses bahkan menyembunyikan perasaan kalah dengan bersikap jumawa. Kita semua tahu bahwa bersemangat pemenang itu positif, namun demikian kita tidak gampang memenangkannya tanpa upaya.


PEMENANG YANG SEHAT MEMPERHITUNGKAN KEKALAHAN

Ada teman, sulung harapan keluarga, selalu dimenangkan oleh orangtuanya dan kebetulan jarang sekali menghadap kegagalan, baik dalam pendidikan, berorganisasi dan aspek kehidupan lainnya. Keadaan menang terus menerus ini menyebabkan ia tidak akrab dengan kekalahan. Sebagai akibat, sikapnya jadi tidak mau mengadapi kekalahan, apapun aturan dan konsekuensinya, alias “tidak mau kalah dan mengalah” . Temanku ini memang sering menang tapi ia belum mempunyai “mindset” pemenang yang sebenarnya, karena ia tidak siap kalah. Orang seperti ini bahkan ada yang bisa menghalalkan segala cara demi mempertahankan posisi pemenangnya.

Orang yang berusaha menang secara obsesif seata untuk mendpatkan penghargaan, menghindari rasa malu, biasanya tidak bisa mengatur energi, sehingga dalam situasi kalah ia tidak siap ahkan menunjukkan kemarahan. Mungkin kita asih ingat betapa petenis juara, Johson McEnroe, yang mengeskpresikan kemarahannya dalam banyak situasi pertandingan yang bermasalah baginya, sehingga mengesankan dirinya bukan sebagai pemenang tetapi justru pecundang. Kita perlu sadari bahwa sikap pemenang tidak selalu membawa kemanangan, tetapi justru kita perlu tetap mempertahankan mindset pemenang dalam situasi apapun.

Menang yang sebenarna adalah termasuk memperlihatkan komitmen, kebesaran jiwa dan penghargaan terhadap aturan, aturan main, system dan prosedur yg sudah dibuat. Komitmen terhadap semua konsekuensi yang perlu ditanggung, menyebabkan kita bisa berangkat ke suatu situasi dengan sensasi dan memori positif, sehingga dampak emosi positif ini berubah menjadi energi positif. Inilah mind-set pemenang yang sebenarnya.

BERNIAT BENAR, BERGERAK DAN BERTINDAK.

Ayah saya selalu mengingatkan bahwa sejahat-jahatnya perbuatan seseorang, pada dasarnya manusia normal itu, ingin melakukan hal-hal yang benar dan baik, bukan karena diperintahkan, tetai memang secara natural mempunyai sikap demikian. Kenyataan ini sebenarnya cukup menjadi dasar semua keyakinan kita untuk senantiasa merasa kuat, benar dan baik terlepas dari apakah situasi yang kita hadapi kondusif atau yang kurang menguntungkan. Namun, sikap merasa berniat benar ini saja belum cukup. Tengoklah betapa banyak orang, penulis, kritikus, politikus, ahli-ahli yang yang betul-betul merasa benar, namun tidak menyambung perasaan ini dengan komitmen untuk berusaha, berubah, bertindak, mengubah kebiasaan diri, orang lain dan membangun sukses. Sebuah kalimat bijak mengatakan :”Winners actually SEE their success BEFORE it happens”, tetapi melihat saja tidak cukup. Untuk menang atau mempunyai jiwa pemenang kita harus bergerak, bertindak dan “masuk” ke lapangan, bukan menjadi penonton saja.

SEMANGAT PEMENANG PERLU DIPELIHARA

Dalam penutup email dan sms nya seorang teman sering menuliskan kata penyemangat pada rekan-rekan kerjanya. Semula saya sendiri kikuk menerimanya tetapi lama-kelamaan timbul emosi positif dan semangat menularkannya juga ke orang lain. Tanpa kita sadari kata-kata bisa sangat “powerful” untuk membangkitkan mindset pemenang, karenanya perlu dipilih secara hati-hati.

Kita juga perlu memelihara semangat pemenang ini dengan berlatih berada di bawah tekanan. Target penjualan yg ditingkatkan terus, tingkat kesulitan pekerjaan yang di tambah, berjuang untuk jabatan yang lebih tinggi, adalah upaya untuk membiasakan diri menguatkan mental dan mempertebal kepercayaan diri untuk menghadapi kesulitan yang tidak kunjung berhenti.

Hal yang juga senantiasa perlu ditemukan individu dalam kehidupan berkarya adalah perasaan bangga atas hasil kerjanya, dimana seorang tukang sapu harus sama bangganya atas hasil sapuannya seperti Micheleangelo bangga terhadap hasil sapuan kuasnya.

EXPERD, KOMPAS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH - UNDERGROUND

FRIENDSHIP CARING

Jakarta-Bangkok-Siem Reap